Posted by: Anisa Setya Arifina

"Aku telah memaafkan"

Tapi kalimat yang paling ingin kuucapkan adalah "Perasaanku sudah pulih, tidak ada lagi luka dan sudah bisa ditertawakan"

Aku pikir tidak akan pernah bisa mencapai tahap ini. Tapi ternyata aku mampu dan kuat. Trimakasih kepada semua orang yang terus mempercayai kalau aku ini adalah orang yang kuat. Trimakasih kepada orang-orang yang telah mengajariku berbuat kesalahan. Darinya aku belajar, menata kehidupan dan hati, mengajari hati untuk belajar ikhlas dan memaafkan.

Kamu tau kenapa baru sekarang "perasaan memaafkan" itu datang? Aku bahkan tidak tahu alasannya. Ketika "perasaan memaafkan" itu datang saat itu juga aku tahu kalau perasaan manusia adalah hal yang paling menakjubkan yang pernah diciptakan Tuhan. Ketika logika dan semua orang di sekitarku menolakku untuk mengambil keputusan "memaafkan", perasaanku mengatakan sebaliknya.

Membenci orang yang mengajarimu kesalahan dan menyakitimu tidak akan menyelesaikan persoalan. Yang terpenting adalah genggamlah dengan erat, rasakan dan belajarlah dari rasa sakit itu. Selanjutnya percayalah akan ada waktu dimana kita akan sampai pada tahap tidak merasakan apapun dari rasa sakit tadi dan hanya ada tawa untuk mengingat semuanya kembali.

Aku membuat logika dan perasaanku mengambil keputusan yang sangat berbeda dengan berbagi rasa sakit ini kepada banyak orang. Ketika aku sudah merasa lelah untuk meminta saran atas rasa sakit ini, mungkin saat itu aku tau harus mengambil keputusan yang mana. Hanya saja aku harus meyakinkan diriku lagi tentang keputusan "memaafkan" ini. Berulang kali hingga akhirnya "Aku telah memaafkan dan ikhlas".

"Hati yang aku pikir masih terus akan merasakan sakit karenanya, ternyata sudah tidak sakit sama sekali. Bahkan aku bisa mengingatnya sambil tertawa. Hal yang aku pikir tidak akan membuat hati sakit, tanpa diduga membuatku meneteskan air mata"

Meskipun semua hal tidak akan lagi sama seperti dulu, tapi aku sangat senang karena sekarang yang kuingat hanya tawaku, tawamu dan tawa kita.